Cheshire Night

Hari mulai malam. Sudah menjadi rutinitasku pulang menjelang malam tiba. Menyaksikan munculnya bulan menggantikan matahari, serta lampu indah gedung-gedung mulai berlomba menghiasi ibu kota.
Transjakarta—moda transportasi yang aku gunakan saat itu. Merupakan hal lumrah aku berdiri di dalamnya. Tak peduli lelah, tak peduli diri ini kurang tidur. Tubuh dan kaki ini haruslah kuat. Tidak lama kemudian, kulihat seseorang di dekatku berdiri dari kursinya, ia hendak keluar. Tanpa pikir panjang, langsung kududuki kursi itu sambil menghela napas panjang—seakan lelahku terbayar dengan melakukannya.
Belum lama aku duduk. Masuklah dua orang ibu paruh baya ke dalam bis tersebut. Refleks badan ini hendak berdiri. Namun, tungkai yang lelah enggan melakukannya. Ditambah, pikiran picik muncul. “Ibu itu berdua. Butuh dua kursi. Aku cuma bisa kasih satu kursi, tidak adil namanya.” Dan pikiran picik itu menang. Aku tetap duduk.
And. Snap! Wanita yang duduk di sebelahku bangkit dari kursinya dan mempersilakankan ibu itu duduk. Dan seorang wanita lain juga melakukan hal yang sama terhadap ibu paruh baya yang satunya. Case closed.
Tahu yang aku rasakan? Sebal.
Sebal terhadap diriku sendiri. Merasa bodoh karena selalu berusaha menjunjung tinggi moral, tapi mengurungkan niat terhadap hal baik yang sebenarnya bisa dilakukan. Dan di sini aku belajar. Pernah dengar quotes ini?

Do your best and let others do the rest.

Ya. Malam itu, itulah yang terjadi. Wanita sebelahku melakukan kebaikan maksimal yang bisa ia berikan terhadap seorang ibu paruh baya. Dan satunya lagi dilakukan oleh orang lain yang memiliki kemuliaan serupa. Hingga akhirnya, dua ibu paruh baya itu duduk. Tidak seperti skenario keadilan bodoh yang aku pikirkan.
Malam itu aku belajar. Malam dimana bulan tersenyum selebar senyuman Cheshire terhadap Alice. Malam itu adalah malam kedua setelah kejadian luar biasa tertanggal 14 Juli—hari dimana aku melepas dan turut berbahagia, apakah setulus itu? Entahlah. Dan malam itu adalah malam ketika teman ceritaku masih hilang. Sungguh, paragraf ini penutup yang paling tidak ada hubungannya. Have a nice day, lads! 😊

source image : https//my.dek-d.com

Comments

Popular posts from this blog

Runnin' Home to You by Grant Gustin

Tukang Besi dan Parfum