Betrayal?!
apakah ini sebuah pengkhianatan?
Sebuah malam yang cukup melelahkan untuk kemudian merasakan sebuah
pengkhianatan. Mungkin bagi sebagian orang bukanlah hal besar. Tapi, hal itu
akan menjadi berbeda ketika kamu awalnya merasa orang ini tidak akan pernah
membuatmu kecewa.
Adalah suatu perkara bernama ‘janji’ yang selalu aku junjung tinggi derajatnya. Ketika aku telah berkata (read: berjanji), maka aku akan sebisa mungkin menepatinya. Awalnya, aku kira semua orang demikian. Paling tidak orang-orang di sekitarku yang tahu akan makna ‘janji’ yang sebenarnya.
Dua orang ini merupakan yang terdekat denganku (tentu aku tidak pernah menyesali dekat dengan mereka). Dua buah janji untuk perkara yang berbeda tapi ya bisa dibilang di rentang waktu yang cukup dekat. So, here’s the short story.
Adalah suatu perkara bernama ‘janji’ yang selalu aku junjung tinggi derajatnya. Ketika aku telah berkata (read: berjanji), maka aku akan sebisa mungkin menepatinya. Awalnya, aku kira semua orang demikian. Paling tidak orang-orang di sekitarku yang tahu akan makna ‘janji’ yang sebenarnya.
Dua orang ini merupakan yang terdekat denganku (tentu aku tidak pernah menyesali dekat dengan mereka). Dua buah janji untuk perkara yang berbeda tapi ya bisa dibilang di rentang waktu yang cukup dekat. So, here’s the short story.
Aku dengan masing-masing mereka telah menentukan suatu waktu untuk
bertemu dan melakukan hal bersama. Kejadian pertama, teman tersayangku ini
melupakan janjinya dan pergi dengan temannya yang lain. Kejadian kedua, teman
tercintaku ini secara sadar membatalkan janjinya karena dia sedang having good
time with the other person. Sebenarnya hampir serupa, tapi bedanya yang satu
masih seperti tidak sengaja, yang satu secara sadar.
Apa hanya diri ini yang terlalu terbawa perasaan untuk hal-hal sepele
seperti itu? Mungkin. Tapi akan aku jabarkan kenapa aku kecewa. Mereka adalah
yang terdekatku, aku mempercayai dan menyayangi mereka. Aku mengira ketika
mereka mengucap ‘janji’ maka adalah hal yang juga akan mereka junjung tinggi.
Aku mengira, I was the matter to them. Yang tidak akan semudah itu untuk
terlupa atau tercampakkan. But in fact, that was just my imagination J I was not that “matter” for them.
Jelas, adalah kekecewaan yang aku rasakan. Mungkin hal ini terjadi
karena aku terlalu mempercayai dan menyayangi masing-masing mereka. Mungkin
karena aku terlalu idealis dan berpikir semua orang juga demikian. Mungkin
karena aku terlalu berharap pada mereka
Yak. Itulah pelajaran yang kemudian bisa aku ambil. Sebuah kesalahan fatal ketika kita berharap pada sesama manusia. Manusia ada khilaf-nya, ada sisi buruknya. Mungkin juga bukan maksud kedua temanku untuk membuat kecewa. Yaa bagaimana pun aku yakin mereka berdua (each) juga menyanyangiku. Tapi ya semua hal itu sudah terjadi. So, jangan pernah menggantungkan harapan terhadap manusia. Hanya satu tempat kita berharap dan bergantung : Allah. With all His Grace and Greatness, He will never let you down.
Ohya. Selain itu, aku juga diajari satu hal. Ikhlas namanya. Murni
kesalahanku ketika aku bersikap baik, kemudian aku berharap mendapat balasan
dari sesama manusia suatu hal yang baik pula. Ketika aku tidak mendapatkan
something good in return, timbullah rasa kecewa. Hal ini tidak akan terjadi
kita aku bersikap baik dan kemudian aku ikhlas—tidak mengharapkan apapun
sebagai balasannya. Tapi percayalah, semua kebaikan pasti akan kembali pada
kita. Itu adalah hal mutlak. Jadi sebenarnya, ketika kita berbuat baik itu
adalah untuk kita sendiri. Maka, belajarlah menjadi manusia ikhlas 😄
Dan bagaimana dengan dua temanku? We’re cool though. Kemarin Allah hanya
sedang mengajariku melalui kedua teman terdekatku. Mungkin diambil yang
terdekat karena itu yang akan memberikan efek paling besar huaha. Have a great
day!
Comments
Post a Comment