Posts

Featured Post

Beratus Kilometer

Image
“Happy Birthday to youuu. Happy birthday!”  nyanyi sekelompok orang dengan improvisasi lirik hebat sambil memegang sebuah kue tart ulang tahun. Manis, batinku. Manusia di sebelahku menengok dan bertanya tentang siapa yang ulang tahun. Sambil tersenyum simpul sekaligus bangga, aku menjawab “Angkatanku.” Ia hanya merespon seadanya, sedang aku masih merasa kegirangan. Mungkin baginya bukan hal besar ulang tahun angkatan itu. Tapi tidak bagiku—tidak bagi seseorang yang berusaha menahan sejuta kerinduan karena telah hidup terpisah jarak beratus kilometer—jelas aku menyayangi mereka dengan semua kenangan yang terjalin selama +- 4 tahun ini. Satu tahun lamanya waktu yang dibutuhkan agar resmi dinobatkan sebagai angkatan. Lika-liku perjuangan. Lelahnya menunggu di basecamp untuk memulai rapat. Malas yang timbul ketika membaca jarkom untuk berkumpul pakai baju hitam esok harinya. Pusingnya memikirkan jawaban yang tak kunjung dinilai benar di bawah terik matahari. Kini semua itu menjad

To be Blessed

“What was your hardest time during some months you have been here?” “Hmmmm…… Hardest time?” dahiku mulai mengernyit, otak ini mencoba berpikir keras. “Yeah. Anything that was making you feel low… or something like that.” “I don’t think… I have one…,” jawabku pasrah. Karena memoriku benar-benar merasa tidak merekam saat-saat yang sangat sulit selama 4 bulan ke belakang. “Belum ada yang mengalahkan Tugas Akhir,” batinku dalam hati. “Really? Wow!” Itulah potongan memoriku dari sesi interview —yang bahkan aku sangat tidak bisa menilai apakah mereka senang dengan segala jawabanku atau tidak. Ya, aku sebutkan ‘mereka’ karena itu adalah panel interview . Rasanya seperti sidang tanpa dosen pembimbing—semua dosen penguji. Untungnya, mereka baik. Dengan aku bilang mereka baik, sudah bisa melambangkan hasil interview -ku tadi bukan hahaha. That was another blessing He gave me. Another episode for my series of life events—for me to be grateful. Akan coba aku tarik timeline -nya l

Time After Time

Bangun Bangun Siap2 Bangun Sejumlah pesan singkat masuk ke ponsel pintarku. Aku membacanya sambil tersenyum simpul. Iya, ini udah otw kok Makasii Dia adalah salah satu orang yang memeriksa kondisiku pagi itu. Memikirkan mereka yang dengan sudi mengingatkanku untuk bangun, aku senang. Mungkin sederhana, tapi aku senang. Aku punya alasan kembali bersyukur karena telah dikaruniai orang-orang yang peduli padaku 😊 Sehari sebelumnya. “Kamu ini udah telat mbak, harus cepat!” ujarnya dengan nada agak tinggi. “Oke. Cepat ya, Pak.” Tidak ada harapan, pikirku dalam hati. Tapi tidak ada salahnya mencoba—untuk kemungkinan sekecil apapun. Setelah mobil itu berhenti, aku langsung berlari sekuatku. Dengan seluruh bawaan barang yang cukup besar. TUUUUTTT *penanda kereta akan berjalan berbunyi* Aku hanya dapat berdiri lemas sambil berusaha mengatur napas. Aku mengutuk diriku sendiri, dasar bodoh. Waktu. Aku kembali membuat masalah dengannya. Sebenarnya sudah beberapa kali

Sepuluh Menit Sebelumnya

Sungguh sebuah tanggapan menjengkelkan yang diberikan oleh orang di hadapanku ini. Aku benar-benar sebal dan kehabisan kata-kata. Tidak habis pikir lagi, ada apa dengan manusia ini. Segala hal yang tadinya ingin aku sampaikan rasanya hilang. Rasanya aku sudah tidak ingin bicara. Rasanya ingin escape dari situasi ini. Dan kami kemudian mengisi momen speechless itu hanya dengan tertawa, sambil sedikit berceloteh saling adu argumen—seperti biasanya. Sepuluh menit sebelumnya. “I knew it,” ucapnya. Aku baru-baru ini mendapatkan sebuah ilmu. Kuota keprihatinan namanya. Hal ini cukup serupa dengan sesuatu yang sering dibahas manusia di hadapanku. Hingga akhirnya mendorongku untuk menyampaikannya. Singkatnya, semua manusia memiliki kuota keprihatinan, semacam jatah untuk merasakan kesulitan/menjadi prihatin. Namun, percayalah sebagai makhluk yang menghamba ketika kita sudah menjalankan kebaikan sesuai tuntunanNya sehingga merasakan ‘keprihatinan’, maka sebenarnya kita telah mengambil

Die Riechen

       💸 The Rich 💸       Terdapat sebuah ilmu yang belum lama ini aku dapat. Die Riechen means ‘The Rich’. Membahas world’s billionaire? Tentu tidak, itu topik umum. Membahas aku kamu kita dan rezeki.      Jika kita bicara rezeki, tidak dapat dipungkiri adalah harta kekayaan yang akan muncul di otak kita. Dan yaa memang benar, itulah salah satunya. Dalam agamaku, rezeki merupakan sesuatu yang telah ditetapkan oleh Sang Pencipta dari awal kehidupan sang hamba. Telah tercatat dan terukur besarnya rezeki yang diterima setiap individu—dengan dirahasiakan ragamnya. Yap, memang rezeki banyak ragamnya—(kalau aku tidak keliru) kekayaan, jodoh, umur, etc. Ingat poin ini,  telah tercatat dan terukur means sudah ditentukan .       Pernah mempunyai pikiran picik dengan mengambil kekayaan orang lain yang bukan haknya? Entah korupsi atau mencuri. Yap itu salah. Tapi ketauhilah, kamu mengambilnya saat ini kemudian waktu akan bertindak dan kembali mengambilnya. Sebagaimana besar waktu

Runnin' Home to You by Grant Gustin

Grant Gustin a.k.a Barry Allen a.k.a Flash   This is my favorite song from Flash TV series so far. And, I really really love this song. The way Barry sang it, the atmosphere. I just thought this is the best cheesily romantic proposal ever! hahaha. Enjoy! ❤ Can't say how the days will unfold, Can't change what the future may hold But, I want you in it Every hour, every minute This world can race by far too fast Hard to see while it's all flying past But, it's clear now, When you're standing here now I am meant to be wherever you are next to me All I want to do Is come running home to you Come running home to you And all my life I promise to Keep running home to you Keep running home To you And I could see it Right from the start Right from the start That you would be Be my light in the dark Light in the dark Oh, you gave me no other choice But to love you All I want to do Is come running home to you Come running home to you And all my life

Tukang Besi dan Parfum

Image
ps: to whom it may concern ✌ Pernah dengar perumpamaan ketika berteman dengan tukang besi dan tukang parfum? Yang mana kita akan terkena pengaruh dari masing-masingnya. Eh, bukan perumpamaan biasa sih, ituu bersumber dari hadits. Teman itu punya pengaruh terhadap diri kita. Baik secara sadar maupun tidak, tapi itu benar dan saya setuju. Pernah aku diberi tahu seorang teman, bahwa aku mengubah seseorang menjadi lebih bisa bicara padahal tidak demikian yang kurasa—aku merasa ya seseorang itu yang memang ingin berkembang lebih baik dan dia berhasil. Tapi entahlah. Ini bukan tentang pengaruhku, tapi tentang pengaruh mereka—sebagian yang terdekat dan yang kusadari. Terdapat dua orang dalam satu lingkaran. Kami dekat di waktu bersamaan dari awal bangku perkuliahan, bertahan hingga sekarang! Menghabiskan banyak waktu bersama, bercerita tentang banyak hal. Mungkin jika semua kegiatan dicatat dan diakumulasi, most of my time aku habiskan bersama mereka. Kami memang berada pada lingkun