To be Blessed
“What was your hardest time during some months you have been here?” “Hmmmm…… Hardest time?” dahiku mulai mengernyit, otak ini mencoba berpikir keras. “Yeah. Anything that was making you feel low… or something like that.” “I don’t think… I have one…,” jawabku pasrah. Karena memoriku benar-benar merasa tidak merekam saat-saat yang sangat sulit selama 4 bulan ke belakang. “Belum ada yang mengalahkan Tugas Akhir,” batinku dalam hati. “Really? Wow!” Itulah potongan memoriku dari sesi interview —yang bahkan aku sangat tidak bisa menilai apakah mereka senang dengan segala jawabanku atau tidak. Ya, aku sebutkan ‘mereka’ karena itu adalah panel interview . Rasanya seperti sidang tanpa dosen pembimbing—semua dosen penguji. Untungnya, mereka baik. Dengan aku bilang mereka baik, sudah bisa melambangkan hasil interview -ku tadi bukan hahaha. That was another blessing He gave me. Another episode for my series of life events—for me to be grateful. Akan coba aku tarik timeline -nya l...